Apakah akuntansi saling menyalahkan tentang kemiskinan di
dunia ketiga? Sebuah laporan dari U.K. Christian Aid mengatakan hal demikian.1
Hal ini menusuk lembaga akuntansi untuk mengatasi kemiskinan yang terus
berkembanga di dunia lewat pemasaran agresif mereka dengan menghinadari pajak : “penghindaran
pajak industri (termasuk lembaga akuntansi) yang memiliki dampak buruk dalam
pengembangan suatu Negara dan kemampuan mereka untuk menaikkan perpajakan yang
mana sangat penting untuk melepaskan
mereka dari kemiskinan.” 2
Menurut laporan, membahas bagaimana Negara-negara miskin
mendanai supaya mereka lepas dari kemisikinan sudah focus sampai pembatalan
utang dan meningkatkan dana bantuan.3 Oleh karena semua faktor ini
penting, mereka hanya sebongkah teka-teki dari puzzle yang lebih besar.
Memecahkan teka-teki tidak hanya memeperhatikan uang yang mengalir ke negara-negara
miskin, tetapi juga menyangkut uang yang tidak bisa mereka tangani dan unag
yang mengalir begitu saja.
Krisis perpajakan terjadi di Negara-negara miskin. Di Negara kaya,
penghasilan pemerintah dari perpajakan antara tahun 1990 dan 2000
dirata-ratakan 30 persen dari gross domestic product (GDP). Di area Sahara,
Afrika rata-rata di periode yang sama adalah 17,9 persen, di Amerika Latin
adalah 15,1 persen, dan di Asia Selatan mencapai 10,5 persen. Pajak rendah
membuat daerah yng lebih miskin membatasi jumlah hasil sumberdaya lokalnya
untuk dijadikan layanan umum oleh pemerintah, seperti untuk peduli kesehatn dan
pendidikan.
Hal ini bukan suatu kebetulan bahwa negara miskin tidak
mampu meningkatkan jumlah penghasilan yang mereka naikkan melalui perpajakan.
Ada tiga strategi aturan pajak yang merintangi mereka :
- Persaingan pajak anatarnegara yang berarti Negara yang lebih miskin dipaksa untuk menurunkan nilai pajak perusahaan, sering kali dramatis, dalam rangka untuk menarik investor luar negeri.
- Perdagangan bebas, telah merenggut apjaak impor Negara-negara miskin. Dalam beberapa kasus, semua ini telah merenggut sampai satu per tiga pendapatan pajak mereka.
- Toleransi perlindungan pajak telah membantu kekuatan seseorang atau perusahaan multinasional (seperti halnya criminal, korupsi dan teroris) memindahkan kekayaan dan keuntungan yang terdaftar di luar negeri mereka supaya terhindar dari pajak. 4
Perlindungan pajak berdampak pada negar-negara berkembang
dalam berbagai cara :
- Kerahasiaan akun bank dan kepercayaan luar negeri atas kekayaan seseorang dan perusahaan untuk lepas dari pajak dengan meneyediakan tempat untuk pendapatan dan keuntungan bebas pajak yang disimpan di bank.
- Banyak perusahaan multinasional mencuci keuntungan yang didapatkan di Negara berkembang dengan mengimpor barang besar-besaran dengan harga melambung dan mengekspor komoditas dengan pecahan dari nilai mereka sebenarnya.5 Mereka melakukannya melalui laporan dari cabang perusahaan dalam perlindungan pajak,memberikan mereka keuntungan pajak signifikan dari Negara pesaing mereka dan mengurangi penghasilan pajak pemerintah.
- Rahasia perbankan dan layanan terpercaya diberikan oleh institusi finansial global yang beroperasi di luar negeri memberikan keamanan untuk menutupi proses pencucian dalam politik korupsi, penipuan, penggelapan, perdagangan gelap, dan perdagangan narkotika.6
Siapa yang harus disalahkan dalam krisis ini? Penelitian
menunjukkan institusi internasional seperti International Monetary Fund (IMF)
dan Bank Dunia, perusahaan multinasional, perbankan dan akuntan. Lembaga
akuntansi adalah juaranya dalam ‘perencanaan pajak’ dimana bersamaan dengan
kliennya, mereka mengatur jaringan cabang perusahaan luar negeri untuk
menghindari pajak. Bangkrutnya Enron memberikan pengetahuan langka bagaimana
hal tersebut berjalan. Laporan Majelis Tinggi Amerika Serikat menunjukkan
bagaimana akuntan Adersen memfasilitas penghindaran pajak besar-besaran Enron.
Perusahaab membayar tanpa pajak sama sekali antara tahun 1995 dan 1999.7
Perencanaan pajak oleh akuntan membuat ini mungkin dan melibatkan 3.500
perusahaan dunia, lebih dari 440 dari mereka ada di Caymand Island. Peraturan
Sarbanes-Oxley berikut ini di Amerika Serikat ditujukan untuk bertindak sebgai
pencegah, dengan membuat direktur dan pemegang saham lebih bbertanggungjawab
untuk konsekuensi dari perencanaan tersebut. Namun hal itu hanya sedikit
mengangkat tudung kerahasiaan yang menyelimuti penghindaran pajak.8
1) Crhistian Aid, The Shirts Off Their Backs : How Tax Policies Fleece the
Poor (September 2005), (www.christianaid.org.uk)
2)Andrew Pendleton, Penentu kebijakan senior dari Christian Aid, seperti
yang disebutkan dalam Alice Nation. “Christian Aid Attack Accountants Over Tax
Avoidance Schemes”, Accountancy (OKtober 2005),hal 11.
3)Bantuan dari dunia kaya raya adalah tidak menentu dan terkadang datang
dengan sebuah buntut
4) Crhistian Aid, The Shirts Off Their Backs : How Tax Policies Fleece the
Poor (September 2005), hal.4 (www.christianaid.org.uk)
5)Data Laporan menyebutkan bahwa 45 sampai 50 persen transfer
antarperusahaan di Amerika Latin adalah salah harga dan 60 persen di Afrika.
6) Crhistian Aid, The Shirts Off Their Backs : How Tax Policies Fleece the
Poor (September 2005), hal.11-12 (www.christianaid.org.uk)
7)Menurut Laporan Kantor Pusat Akuntabilitass Pemerintah Amerika Serikat
tahun 2004, 60 persen perusahaan Amerika paling tidak $450 juta asset dilaporkan
tidak berkewajiban membayar pajak selama tahun 1996 sampai 2000.
8) Crhistian Aid, The Shirts Off Their Backs : How Tax Policies Fleece the
Poor (September 2005), hal.7 (www.christianaid.org.uk)
Referensi buku :
Choi, Frederick D.S dan Meek, Gary K. International Accounting Edisi 6. 2010. Jakarta: Salemba Empat